“Kota ini cantik sekali. Saya akan tinggal di sini suatu
saat nanti..” Kalimat itu terucap pada suatu dini hari tahun 2010. Di parkiran
sebuah gereja yang arsitekturnya mirip dengan masjid.
4 tahun kemudian, janji itu tertunaikan. 9 Desember 2014
tepatnya, perjalanan nasib membawa saya bermigrasi dari sisi timur menuju sisi
tengah pulau Jawa. Bukan untuk berwisata atau perjalanan dinas seperti sebelumnya. Saya akan benar-benar tinggal di kota ini.
Penamaan Semarang kata orang berasal dari pemberian Ki Ageng
Pandanaran, asem dan arang. Disebut demikian karena konon wilayahnya ada pohon
asam yang renggang-renggang (arang=renggang, Bahasa Jawa). Kini daerah pesisir
itu telah bermetamorfosis menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Bangunan peninggalan
kolonial yang relatif banyak dan terawat menjadikannya salah satu ikon kota
sejarah. Budaya jawa yang mengakar dan tionghoa yang kental tetap dapat
berpadu, menyatu dengan harmonis di kota ini.
Meski dengan kekurangan di sana-sini, Semarang mulai
bangkit. Mengeliat, berdandan semakin cantik dengan warna-warni khas-nya. Harapan
saya, semoga kecantikannya bukan hanya polesan make up semata. Inner beauty
yang dimiliki semoga tidak tergerus modernisasi.
Selamat ulangtahun ke 469, Semarang.
Barakallah.
Catatan:
Menyambut Hari Jadi Kota Semarang ke 469 di tanggal 2 Mei
2016, selama bulan Mei saya akan membuat postingan khusus dengan tagar #469SemarangDalamCerita.
Postingan ini khusus akan bercerita tentang seluk-beluk kota Semarang. Sugeng
midhangetaken =)
Comments
Post a Comment